Angga Sanusi: The Power of Kepepet

Pages

Thursday, October 6, 2011

The Power of Kepepet


The Power of Kepepet 5


Seandainya…

…sekarang anda tidak memiliki uang tabungan. Penghasilan pun kurang dari 5 juta rupiah perbulan, jam 9 esok hari harus ada uang sebesar 50jt , sebagai modal usaha?Ya, sebagai modal usaha anda. Nah, saat saya menyampaikan pertayaan ini kepada peserta seminar, hamper semua menjawab, tidak bisa. Kenapa? Karena mereka mengukur kemampuannya berdasarkan kondisi normal mereka. Taruhlah penghasilan mereka rata – rata 5 juta perbulan, paling banter tabungannya 2 juta perbulan. Maka, perlu 25 bulan mendapatkan 50 juta. So, secara logika hamper mustahil mendapatkan uang sebanyak itu esok pagi, apalagi sekedar sebagai modal usaha.

Lalu, bagaimana reaksi mereka ( dan Anda tentu saja ) jika pertanyaan itu saya ubah? Nah simak baik – baik …


Banyangkanlah, malam hari, orang yang paling anda sanyangi mendadak sakit keras, deman tinggi, dan kondisnya semakin melemah. Kemudian Anda membawanya ke rumah sakit. Setelah pengecekan di UGD, ternyata dia diagnosis mengidap tumor ganas diotaknya. Dokter mengatakan bahwa ia harus dioperasi besok juga, jika tidak, maka nyawanya akan melayang. Nah, operasi hanya bisa dilaksanakan jika anda menyerahkan uang tunai sejumlah 50 juta rupiah paling lambat jam 9 esok hari. Bagaimana? Apakah Anda masih akan mengatakan tidak bisa? Mayoritas akan menjawab, “Harus bisa “!

Kenapa? Karena kepepet! Jika tidak, nyawa orang yang Anda cintai akan melayang. Entah dari mana dapat duitnya….

Satu hal yang pasti



Sebenarnya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak dapat diberikan pilihan untuk “tidak bisa”, manusia akan berpikir dan mencari jalan “bagaimana harus bisa”. Tetapi kenapa sukses, kaya, membahagiakan orang tua atau keluarga, seolah bukan kebutuhan yang mendesak? Padahal, hanya satu hal yang pasti dari uang yang anda gunakan untuk menyelamatkan buah hati, HANGUS!Entah selamat, (maaf) meninggal, ataupun rawat jalan, uang tidak bisa Anda minta balik. Memangnya ada, rumah sakit yang mau mengembalikan dana perawatan bila pasien tidak berhasil ditangani?! Lain halnya jika uang tadi digunakan untuk modal usaha. Ada 2 kemungkinan, bisa untung atau rugi. Kalaupun rugi atau balik modal saja, sebenarnya tetap ada keuntungan yang kita raih.

Yup! Pembelajaran.

Percayalah sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, diluar apa yang kita pikirkan. Hanya saja potensi tersebut seringkali keluar pada saat kondisi terdesak. Yah, seperti kisah seorang nenek bisa melompat dari gedung setinggi 5 meter, saat kebakaran. Coba, kalau dalam kondisi biasa, boro – boro melompat 5 meter, melompat 1 meter saja tidak berani. Jadi, semua kembali ke tangan Anda. Menjadi pengusaha, sebagai kebutuhan yang kepepet atau tidak?

KEPEPET VS IMING – IMING

Ada 2 sebab yang membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dual hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai kurang motivasi. Kesalahan fatal yang timbul ataupun pelatih/trainer motivasi pada umumnya adalah hanya menggunakan impian sebagai ‘iming – iming’ untuk menggerakkan peserta pelatihan ( audiens) . “Apa Impian Anda? Siapa yang kepingin punya mobil mewah? Rumah mewah? Atau bahkan kapal pesiar?” Memang, saat diruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang motivator. Tetapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan . apa jadinya? Mereka tetap diam di tempat. Contoh kedua, ada seorang salesman bekerja disuatu perusahaan. Seperti perusahaan lainnya, mereka menerapkan system bonus. “Jika Anda mencapai target yang telah ditentukan, maka Anda akan mendapatkan bonus jalan – jalan keluar negeri!” kata manager-nya.”Gimana, semangat?” lanjut manager berinteraksi. “Semangat…ngat…gat!” sambut salesmen, sambil mengepalkan tangan seolah siap tempur. Bulan demi bulan berlalu tanpa pencapaian target. Kemuadian si manager bertanya “Apa bonus yang aku tawarkan kurang besar?” Salesman menjawab, “Tidak Pak, cukup besar, mudah – mudahan bulan depan tercapai, Pak.” Setelah 3 bulan masa ‘iming – iming’ tak berhasil, si manager mulai mengubah strategi. Dia berteriak agak menekan di dalam meeting-nya, “pokoknya, jika Anda tidak bisa mencapai targer penjualan yang sudah saya tetapkan, Anda saya PECAT!”. Nah, keluarlah keringat dingin salesman. Sekeluarnya dari ruangan dia langsung menyambangi ( mendatangi) calon pelanggannya, kerja merekapun semakin giat. Malas, malu, nggak pede-nya hilang seketika. Kok bisa? Karena kepepet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target, dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol. “Trus anak istriku makan apa?” pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui. Itulah yang disebut The Power Of Kepepet.

97% orang termotivasi karena kepepet, bukan karena iming-iming. Maka dari itu ada pepatah mengatakan :

“Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di dunia”

Banyak perusahaan mengampayekan ‘visi’ besarnya kepada seluruh karyawannya. Apa jawab mereka? “Emang gua pikirin”!. Bukanya salah jika karyawan tidak peduli terhadap visi perusahaan, tetapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh sesuatu yang berupa ancaman ( punishment) John P Kotter ( Harvard Business Review) mengemukakan”Establishing Sense Of urgency” adalah langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat ancaman – ancaman terhadapap kompetisi dan krisis, membuat tergerak, sebelum mengomunikasikan visi. Fungsi visi adalah memberikan arah, sedangkan The power of Kepepet mendorong untuk bergerak. Masih belum percaya kalau kekuatan kepepet lebih powerful?

MOTIVASI DI KEJAR MACAN

Bayangkan Anda berada di atas gedung kembar bertingkat 10. Jarak antar gedung adalah 10 meter. Di antara gedung itu dibentangkan besi yang hanya selebar kaki, untuk menjembatani kedua gedung. Katakanlah anda berada di gedung A, dan sisi lain adalah gedung B. Maukah anda menyeberang gedung itu melalui sebatang besi tadi? Mungkin anda pikir, “Iseng bangat mempertaruhkan nyawa tanpa arti!” Betul? Bagaimana jika saya berikan ‘iming – iming’ hadiah di ujung B, sebesar 1juta? Masih pikir – pikir ya? Kenapa? Karena tidak sebanding dengan resikonya. Saya naikkan lagi 10 juta deh. Ehem masih kurang gede!Gimana kalo 1 milyar?Nah, itu baru menarik! Kondisi kedua, bagaimana jika selain iming- iming 1 milyar, saya lepaskan seekor macan yang siap menerkam Anda di gedung A? Oops, pasti tambah kencang menyeberangnya. Kondisi ketiga, bagaimana jika iming – iming 1 milyar saya hilangkan, tetapi macannya tetap saya lepaskan? Tak usah dipikir lagi ‘kali ya, pasti Anda tetap akan berlari menyeberang juga! Jadi, lebih besar mana pengaruhnya, The power of kepepet atau The power of Iming – iming?

DARI MANA DATANGNYA KEKUATAN ITU?

Selain cerita – cerita yang telah And abaca, saya akan menambahkan beberapa cerita dan ilustrasi lain untuk memperkuat pemahaman anda tentang The Power Of Kepepet.

Percaya atau tidak, sebagian siswa pernah merasakan pengalaman ini. SKS alias system kebut semalam, hampir semua siswa pernah mengalaminya. Menjelang ujian esok harinya, Anda belajar semalaman. Apa terjadi? Otak anda seolah ‘melar’ dengan cepat, mempelajari banyak hal hanya dalam 1 malam. Anehnya juga, rasa kantuk dan lelah pun terkalahkan!
Di kanada, ada seorang ibu yang bertarung melawan singa gunung selama lebih 2 jam, demi menyelamatkan buah hatinya. Meski akhirnya dia tewas di perjalanan menuju rumah sakit, namun anaknya berhasil diselamatkan.
Apa reaksi Anda saat melihat seekor ular di depan Anda? Tubuh Anda akan tegang seketika. Seolah – olah kaki dan tangan Anda siap siaga untuk menyerang atau lari. Bukankah semua itu terjadi di luar kesadaran Anda?
Pernahkah Anda dihadapkan oleh situasi di mana Anda tidak diberi pilihan untuk berkat TIDAK BISA? Dalam kondisi terdesak yang menuntut Anda HARUS BISA, anehnya keajaiban- keajaiban atau kebetulan – kebetulan itu terjadi.

Apakah Anda sedang mengangguk tentang kisah – kisah di atas? Rasa takut seringkali mampu mengeluarkan petensi diri kita yang terpendam. Takut mendapat nilai rendah, takut kehilangan seseorang yang dicintai, takut digigit ular, takut mengecewakan, takut ditolak, dan masih banyak ketakutan lainya, terutama ketakutan terhadap ancaman yang tidak memberikan pilihan lain kecuali HARUS BISA.

FOBIA

Dalam batas kewajaran, ketakutan dapat membantu kita untuk bertahan. Tapi diluar batas kewajaran, ketakutan membuat pengidapnya histeris. Ini adalah kisah nyata. Di Amrik ada seorang wanita, bernama Jackie yang mengidap penyakit ketakutan yang berlebihan ( fobia) terhadap bulu unggas, apalagi unggasnya. Pernah suatu saat, anaknya yang masih balita ditinggal begitu saja di pantai, sewaktu ada burung yang hinggap di depannya. Setengah jam kemudian, baru tersadar kalau anaknya tertinggal di pantai. Keinginannya yang sangat kuat untuk sembuh dan dapat menemani anaknya yang bermain dengan hewan berbulu, mendorongnya untuk berobat. Dia pergi ke berbagai ahli terapi yang menggunakan alat – alat yang canggih sampai metode hipnoterapi. Namun semuanya tidak berhasil. Di akhir keputusasaannya, bertemulah dia seorang spesialis terapi perilaku bernama Profesor Paul Salkovskis. Awalnya paul hanya mewancarai Jackie, seberapa kuat keinginannya untuk sembuh dan apa yang ia takutkan. Paul menyakinkan bahwa ia bisa membantu penyembuhan Jackie hanya dalam 1 sesi pertemuan, alias saat itu juga. Namun syaratnya, Jackie harus menginjinkan Paul mengeluarkan bulu.

Takut?Hadapi!

Apa yang paul lakukan adalah perlahan – lahan mengeluarkan bulu burung dari sebuah amplop berjarak 2 meter dari posisi Jackie duduk. Terhentak Jackie ketakutan sambil merintih,”Hiih…hiih…!’ Namun Paul, yang berpengalaman mengobati fobia, tetap membawa bulu kecil berwarna kecoklat – coklatan itu mendekati meja di depan Jackie. “Aku takut!” kata Jackie. Namun Paul gigih untuk melanjutkan terapinya. Paul menjelaskan bahwa rasa takut itu akan menurun jika dihadapinya.

Dalam tahap yang pertama, Paul berjanji tidak akan meletakkan bulu itu di bagian tubuhnya. Sedikit demi sedikit Paul mendekatkan posisi bulu itu ke Jackie. Saat di mana Jackie sangat ketakutan dan menyebutkan skala angka 100 ( sangat takut), Paul menghentikan sejenak mendekatkan bulu tersebut. Dan ternyata benar, jantung Jackie tak lagi berdetak dengan keras hanya berselang beberapa menit. Kembali Paul mendekatkan bulu itu sampai ke meja di depan Jackie. Seperti sebelumnya, Jackie merintih sambil mengeraskan rahanya dan beberapa menit kemudian, ketakutan itu pun menurun lagi. Langkah selanjutnya, Paul mengganti bulu berwarna coklat itu dengan bulu berwarna putih yang romantis. Kemuadian Paul menantang Jackie,”Apa yang akan kamu lakukan dengan bulu ini?” Jackie tersenyum, sedikit memendam ketakutan. Perlahan dia menggerakkan tangannya menggapai bulu, yang di-selotip di meja oleh Paul. Dia mengambilnya perlahan – lahan bulu itu, sambil merintih menarik nafas dari mulutnya. Kembali, beberapa saat kemuadian ketakutannya pun menurun. Percaya atau tidak, Jackie hanya membutuhkan waktu 45 menit untuk mengobati fobia-nya yang sudah berlangsung 37 tahun..

“Ketakutan hanyalah banyangan, HADAPI untuk mengalahkannya!”

FOBIA USAHA

Mungkin Anda berpikir,”Aneh ya, bulu aja kok ditakutin”. Sadar atau tidak, mungkin Anda juga mengidap penyakit serupa, yaitu FOBIA terhadap sesuatu yang sebetulnya tidak perlu dilakukan. Contohnya fobia usaha! Pandangan seorang pengusaha berpikir aneh terhadap seorang karyawan yang takut usaha,”Jadi pengusaha koq takut , aneh ya?!”. Mau tahu cara menyembuhkannya? HADAPI! Ya, seperti bulu tadi atau seperti orang belajar berenang. Dari kolam ‘cetek’ dulu ke kolam yang lebih dalam. Mulai usaha dari yang kecil dulu, kemudian sedikit demi sedikit dibesarkan.

Efek Placebo

Jika fobia berbicara tentang ketakutan, placebo adalah sebaliknya Profeso Tony Dickenson melakukan suatu percobaan dengan memberikan kejutan listik terhadap 6 orang mahasiswa. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok, yang akan diberi 2 macam pil, yaitu pil pengurang rasa sakit ( pain killer) dan pil penambah rasa sakit ( pain booster). Dengan level sengatan yang sama, kelompok yang memakan pil pain booster merasakan sakit lebih dari sebelum mereka memakan pil. Sedangkan kelompok yang memakan pil pain killer bisa menahan rasa sakit lebih lama dan merasa berkurang sengatannya. Tahukah Anda pil apa sebenarnya yang mereka makan? Ternyata bukan ginseng atau obat kuat. Kedua pil tersebut sebenarnya sama – sama tepung dan gula yang diberi pewarna berbeda. Itulah yang disebut efek Placebo atau obat tipuan. Lantas, apa yang membuat mereka merasa lebih sakit atau berkurang rasa sakitnya? HARAPAN mereka terhadap apa yang akan terjadi pada mereka benar – benar terjadi.

Percobaan yang lain dilakukan terhadap seekor belalang yang dimasukkan kedalam kotak kaca. Awalnya belalang tersebut bisa melompat sampai 50 cm. Kemudian dipasanglah pembatas kaca setinggi 25 cm, sehingga setiap kali belalang melompat, kepalanya akan terbentur kaca pembatas. Seminggu kemudian, pembatas itu diambil. Namun apa yang terjadi? Belalang tersebut tetap melompat tepat setinggi 25 cm. Aneh, tapi nyata! Itulah yang disebut KEKUATAN KENYAKINAN. Apa yang Anda yakini lebih kuat daripada fakta yang ada.

Banyak orang yang tidak berani melangkah karena mempunyai kenyakinan – kenyakinan yang salah, yang dibentuk oleh dirinya dan lingkungannya selama ini. Mereka tidak nyakin bahwa meeka bisa melompat lebih tinggi dari apa yang mereka pikirkan.

Sama halnya dengan orang yang berkata,”Rizkiku segini, ya segini”.Bukahkah Tuhan seperti prasangka kita?! Jika kita berprasangka Tuhan akan memberikan yang terbaik, maka yang akan kita dapatkan adalah yang tebaik, demikian juga sebaliknya. Jadi, jadi hati – hati dengan apa yang kita pikirkan, karena itu bisa menjadi kenyataan.

Bukankah seperti itu yang kita alami sehari – hari? Sama – sama mendapat musibah yang sama, si pecundang menganggap musibah sebagai akhir dari segalanya, mengeluh, dan menyerah. Yang tinggal hanyalah rasa sakit. Lain halnya dengan si pemenang, yang menikmati musibah sebagai suatu pembelajaran yang berharga dan terus bergerak maju.

Terus, apa yang harus kita lakukan jika kita sudah mengharapkan yang terbaik, ternyata yang dating adalah musibah? Pertama, hadapi musibah itu sebagai pembelajaran. Kedua, timbulkan harapan – harapan baru. Lakukan self-talk ( berbicara dengan diri sendiri) yang positif. Bisikkan pada diri Anda kata – kata yang membuat Anda tetap semangat, misalnya,”Ayo, maju terus, setiap pengusaha sukses mengalami hal yang serupa!” Positive thingking bukanlah segalanya, tapi jelas lebih baik daripada negative thingking.

Sumber The power of kepepet FROM THE DIRECTOR OF JAYA SETIABUDI